Konten ini hanya bisa diakses oleh member Gambarai.
Masukkan password untuk melihat isi:
Di Balik Senyuman yang Tak Terungkap
Ini adalah konten eksklusif untuk member Gambarai. Terima kasih sudah bergabung!
Di Balik Senyuman yang Tak Terungkap"Tak semua yang tampak sederhana itu tidak menyimpan badai. Dan tak semua senyuman berarti bahagia."

Malam itu hujan turun pelan. Di balik jendela kaca yang buram, ia duduk dengan secangkir kopi yang telah mendingin. Rambutnya tergerai, matanya menatap jauh ke dalam kegelapan, seakan sedang berbicara dengan masa lalu yang enggan pergi.
Ia dikenal sebagai pribadi yang kuat, mandiri, dan selalu ceria. Tapi tak banyak yang tahu, di balik setiap tawa yang ia lontarkan, ada luka yang belum sembuh, ada harapan yang kandas di tengah jalan.
Terkadang, ia ingin bicara. Bukan untuk didengar, tapi hanya agar hatinya tidak lagi sesak. Tapi dunia terlalu bising untuk memahami bisikan hati yang rapuh. Maka ia memilih diam, memeluk dirinya sendiri dalam hening yang dewasa dan dalam.
Hubungan yang sempat membuatnya mekar kini hanya tinggal kenangan samar. Ia belajar bahwa cinta tidak selalu harus dimiliki. Bahwa ada rindu yang tak bisa diucapkan, hanya bisa disimpan sebagai catatan kecil dalam buku kenangan.
Dan malam seperti ini menjadi tempat pelarian. Tempat ia berdamai dengan segala yang tidak bisa ia ubah. Menerima bahwa tak semua pertanyaan butuh jawaban. Terkadang cukup dengan menghela napas panjang dan berkata dalam hati: "Aku baik-baik saja."
Esok pagi ia akan kembali seperti biasa—menyapa, tertawa, dan memberikan senyuman. Tapi hanya segelintir yang tahu, bahwa senyum itu bukan sekadar basa-basi, melainkan cara paling dewasa untuk tetap bertahan.
"Untukmu yang diam-diam kuat, teruslah bertahan. Dunia mungkin tak selalu mengerti, tapi kamu tetap pantas untuk dicintai."
Comments